- Pengertian Masyarakat
Dalam arti luas
masyarakat adalah keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dan tidak
dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya.
Masyarakat harus
mempunyai syarat-syarat berikut :
- Harus ada pengumpulan manusia, dan harus banyak, bukan pengumpulan binatang
- Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama disuatu daerah tertentu
- Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju pada kepentingan dan tujuan bersama
- Masyarakat Pedesaan
Yang dimaksud dengan desa menurut Sukardjo Kartohadi
adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat
pemerintahan sendiri. Menurut Bintaro desa merupakan perwujudan atau kesatuan
geografi, sosial, ekonomi, politik dan cultural yang terdapat disuatu daerah
dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain..
Menurut paul H.Landis : desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan
ciri-ciri sebagai berikut :
- Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa
- Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukuan terhadap kebiasaan
- Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam sekitar.
Adapun yang menjadi ciri masyarakat desa antara lain :
- Didalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas wilayahnya.
- Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan
- Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian
- Masyarakat tersebut homogen, deperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat, dan sebagainya
Didalam
masyarakat pedesaan kita mengenal berbagai macam gejala, khususnya tentang
perbedaan pendapat atau paham yang sebenarnya hal ini merupakan sebab-sebab
bahwa di dalam masyarakat pedesaan penuh dengan ketegangan –ketegangan sosial. Gejala-gejala
sosial yang sering diistilahkan dengan :
- Konflik
- Kontraversi
- Kompetisi
- Kegiatan pada masyarakat pedesaan
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan
- Ilmu Pengetahuan
“ Ilmu pengetahuan” lazim digunakan dalam pengertian
sehari-hari, terdiri dari dua kata, “ ilmu “ dan “ pengetahuan “, yang
masing-masing punya identities sendiri-sendiri. Dari berbagai macam pandangan tentang pengetahuan
diperoleh sumber-sumber pengetahuan berupa ide, kenyataan, kegiatan
akal-budi, pengalaman, sintesis budi, atau meragukan karena tak adanya
sarana untuk mencapai pengetahuan yang pasti. Menata Iptek bagi
pembangunan masa depan bangsa adalah upaya mendayagunakan iptek untuk menata
peradaban dan kesejahteraan bangsa di masa depan. Perubahan-perubahan peradaban
bangsa yang kita lihat dan kita rasakan saat ini maupun di masa depan sangat
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan, riset dan teknologi di dunia.
Masa lalu akhirnya hanya menjadi jejak ilmu pengetahuan dan teknologi, masa
depan menjadi harapan dan sasaran cita-cita meningkatkan kesejahteraan dengan
memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu, setiap
langkah-langkah kenegaraan itu ditata dalam dan berdasarkan peraturan
pemerintah dan undang-undang. Di dalam Undang-undang pada umumnya dimuat visi
besar bangsa. Visi bangsa ini sangat penting, karena tanpa visi, negara menjadi
tanpa arah.
Untuk membuktikan
pengetahuan itu benar, perlu berpangkal pada teori kebenaran pengetahuan :
1. Pengetahuan dianggap benar apabila
dalil (proposisi) itu mempunyai hubungan dengan dalil (proposisi) yang
terdahulu
2. Pengetahuan dianggap benar apabila
ada kesesuaian dengan kenyataan
3. Pengetahuan dianggap benar apabila
mempunyai konsekwensi praktis dalam diri yang mempunyai pengeahuan itu.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen
penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya yaitu ; ontologis, epistemologis,
dan aksiologis. Epistemologis hanyalah merupakan cara bagaimana materi
pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi tubuh ilmu pengetahuan. Ontologis
dapat diartikan hakekat apa yang dikaji oleh pengetahuan. Komponen aksiologis adalah asas menggunakan ilmu
pengetahuan atau fungsi dari ilmu pengetahuan.
Langkah-langkah
dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan.
Dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu kegiatan yang diarahkan kepada fakta
yang mendukung apa yang dipikirkan untuk sistemasi, kemudian
menggolong-golongkan dan membuktikan dengan cara berpikir analitis, sistesis,
induktif dan deduktif. Yang terakhir ialah pengujian kesimpulan dengan
menghadapkan fakta-fakta sebagai upaya mencari berbagai hal yang merupakan
pengingkaran.
Untuk mencapai
suatu pengetahuan yang ilmiah dan obyektif diperlukan sikap yang bersifat
ilmiah, yang meliputi empat hal yaitu :
1. Tidak ada perasaan yang bersifat
pamrih sehingga menacapi pengetahuan ilmiah yang obeyktif
2. Selektif, artinya mengadakan
pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung oleh fakta atau
gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada
3. Kepercayaan yang layak terhadap
kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap indera dam budi yang digunakan
untuk mencapai ilmu
4. Merasa pasti bahwa setiap
pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih
terbuka untuk dibuktikan kembali.
- Teknologi
Dalam konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah
dikatakan bahwa pengetahuan (body of knowledge), dan teknologi sebagai suatu
seni (state of arts ) yang mengandung pengetian berhubungan dengan proses
produksi; menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja
dan ketrampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi. Teknologi
memperlihatkan fenomenanya alam masyarakat sebagai hal impersonal dan memiliki
otonomi mengubah setiap bidang kehidupan manusia menjadi lingkup teknis.
Teknologi yang
berkembang dengan pesat meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Luasnya
bidang teknik digambarkan sebagaia berikut :
1. Teknik meluputi bidang ekonomi,
2. Teknik meliputi bidang
organisasional seperti administrasi, pemerintahan, manajemen, hukum dan
militer.
3.Teknik meliputi bidang manusiawi.
Alvin Tofler (1970) mengumpamakan teknologi itu sebagai
mesin yang besar atau sebuah akselarator (alat pemercepat) yang dahsyat, dan
ilmu pengetahuan sebagai bahan bakarnya.
Kemiskinan
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Garis kemiskinan yang menentukan
batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa
dipengaruhi oleh tiga hal :
1. Persepsi manusia terhadap
kebutuhan pokok yang diperlukan
2. Posisi manusia dalam
lingkungan sekitar
3. Kebutuhan objectif manusia untuk
bisa hidup secara manusiawi
Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat istiadat, dansistem nilai yang
dimiliki.
- Memahami kemiskinan
Hidup miskin berarti kekurangan sumber daya yang dibutuhkan
untuk berpartisipasi secara signifikan dalam sebuah masyarakat. Sumber
kemiskinan bisa sangat dinamis. Sebagai gejala kerentanan ekonomi (economic
insecurity), kemiskinan dapat timbul dari (a) risiko-risiko akibat guncangan
ekonomi seperti naiknya harga-harga, penyakit, kecelakaan, dan bencana alam;
(b) kemampuan warga atau kelompok warga yang terbatas untuk memulihkan diri
sesudah guncangan ekonomi (Guy Standing, 2007). Oleh karena itu, program
pengentasan kemiskinan pun seharusnya dinamis, sesuai dengan penyebab timbulnya
kemiskinan tersebut. Dalam hal ini, cukup relevan jika dikatakan bahwa
kemiskinan, selain dapat merupakan pengalaman yang bersifat sementara dan
kronis, dapat pula menjadi takdir hidup yang bersifat permanen bagi seseorang.
- Upaya Pengentasan Kemiskinan
Untuk kemiskinan yang sifatnya sementara, program
pengentasannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebelum dan sesudah kemiskinan
itu terjadi. Pendekatan yang kedua, yaitu upaya rehabilitasi atau penyembuhan
masyarakat dari kemiskinan, merupakan pendekatan yang populer dilakukan di
Indonesia. Bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari sumbangan-sumbangan,
bantuan sosial, program jaminan sosial, dan sebagainya. Pendekatan yang pertama
dapat dilakukan dengan mengembangkan kebijakan yang pro masyarakat miskin,
misalnya dalam penentuan pajak dan anggaran belanja sosial. Faktanya, kekayaan
yang dapat dimiliki seseorang, baik berupa materi, status sosial, maupun
potensi internal pribadinya, seperti kesehatan dan talenta, tidak tersebar
secara merata dalam kehidupan masyarakat. Adalah tanggung jawab pemerintah
untuk memelihara keseimbangan di dalam kehidupan masyarakat melalui
kebijakan-kebijakannya, sehingga kesenjangan sosial tersebut semakin menyempit.
Untuk bentuk kemiskinan yang kedua, karena sifatnya yang
permanen dan sering terjadi secara turun temurun, maka pendekatan yang
dilakukan tidaklah sama. Orang yang telah terjebak dalam lingkaran kemiskinan
yang permanen akan sulit untuk melepaskan diri dari ikatan tersebut karena
prospek hidupnya akan relatif inferior dibandingkan lingkungan sosialnya. Efek
yang saling memperkuat dari gejala-gejala kemiskinan—pendidikan rendah,
kualitas kesehatan yang buruk, dan lingkungan sosial yang tidak ramah—akan
terus mengelilinginya, sehingga ia semakin sulit untuk menaikkan kualitas
kehidupannya.
Satu-satunya cara yang paling efektif untuk meningkatkan
taraf hidupnya ialah melalui pendidikan. Pendidikan di sini bukan hanya sebatas
mengikuti program wajib belajar atau menjadi siswa di lembaga-lembaga
pendidikan formal, mengingat biaya pendidikan formal yang berkualitas saat ini
sangat tinggi, sehingga sulit dicapai oleh masyarakat miskin pada umumnya.
Pendidikan di sini diartikan sebagai segala upaya pemberdayaan potensi-potensi
yang dimiliki oleh masyarakat, sehingga membuatnya mampu untuk mengatasi
persoalan-persoalan hidup, antara lain memenuhi kebutuhan hidup, memperoleh
rasa aman, dan berpartisipasi lebih dalam lingkungan sosial. Upaya pemberdayaan
tersebut bisa beragam, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Berdasarkan ukuran ini maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
1. Tidak memiliki faktor-faktor
produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan. Dll
2. Tidak memiliki kemungkinan untuk
memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh
tanah garapan atau modal usaha
3. Tingkat pendidikan mereka rendah,
tidak sampai taman SD
4. Kebanyakan tinggal di desa sebagai
pekerja bebas
5. Banyak yang hidup di kota berusia
muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
Kemiskinan menurut orang lapangan (umum) dapat dikatagorikan
kedalam tiga unsur :
1. Kemiskinan yang disebabkan
handicap badaniah ataupun mental seseorang
2. Kemiskinan yang disebabkan oleh
bencana alam
3. Kemiskinan buatan.
Yang relevan dalam hal ini adalah kemiskinan buatan, buatan manusia
terhadap manusia pula yang disebut kemiskinan structural. Itulah kemiskinan
yang timbul oleh dan dari struktur-struktur buatan manusia, baik struktur
ekonomi, politik, sosial maupun cultural.
Kemiskinan menjadi suatu kebudayaan atau subkultur, yang
mempunya struktur dan way of life yang telah turun temurun melalui jalur
keluarga.
0 komentar:
Posting Komentar