oche

Minggu, 27 November 2011

SUMPAH PEMUDA


SUMPAH PEMUDA DI LAMPIRKAN DENGAN TULISAN UNTUK MENGUBAH BANGSA



Babak awal era kebangkitan semangat persatuan bangsa Indonesia mungkin dapat kita telusuri jejaknya semenjak diselenggarakannya simposium raksasa yang menghasilkan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Terdapat tiga agenda penting yang diusung dalam pertemuan para aktifis muda tersebut. Di antaranya tekad persatuan rasa, persatuan bangsa, dan persatuan bahasa. Pada mulanya menurut beberapa pakar sejarah mengatakan pertemuan tersebut tidak akan begitu menyedot perhatian dunia jika saja dalam satu hari sebelumnya -27 Oktober 1928-  tidak dimuat sebuah tulisan dan lirik lagu Indonesia Raya dalam harian Sin Po  oleh WR. Supratman yang kala itu berumur 25 tahun. Tulisan tersebut merupakan sebuah penanda kelahiran nasionalisme bangsa Indonesia sebagai terusan dari Hindia Belanda untuk menghindari terpecahnya rakyat menjadi koloni-koloni.

               Saat itu WR. Supratman membubuhkan tulisan berjudul “Lagoe Kebangsaan” disertai dengan lirik Indonesia Raja dengan tujuan menarik perhatian masyarakat Indonesia untuk ikut serta mendukung dilaksanakannya Kongres Pemuda II (27-28 Oktober 1928) di Jakarta. Setelah itu beberapa artikel yang mengukuhkan hasil dari kongres tersebut terus ditulis dan diterbitkan dalam koran yang sama hingga satu pekan berturut-turut. Salah satu di antara tulisan yang banyak menarik perhatian rakyat sehingga penggunaan term “Indonesia” lebih diakui untuk menggantikan “Hindia Belanda” adalah sebuah tulisan dengan judul Rapat Kaoem Moeda Indonesia yang termuat dalam rubrik Tjatatan koran Sin Poedisi 1 November 1928. 
Inilah yang menarik dari tiga agenda besar yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda 1928, dakwah dan ajakan persatuan dan kesatuan bangsa dimaksimalkan melalui catatan-catatan yang ditulis-sebarkan kepada berbagai pihak. Selanjutnya hasil-hasil tersebut dibaca dan didiskusikan ulang sehingga kesemangatan yang bersumber dari para pemuda itu mencapai puncaknya saat dilontarkannya gema kemerdekaan melalui pembacaaan proklamasi oleh Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945.
               Strategi perjuangan bangsa ternyata tidak hanya melalui gerilya dan angkat senjata, beberapa tokoh pergerakan sejak pra kemerdekaan telah banyak yang mampu memposisikan kekuatan dan pengaruh tulisan sebagai alat untuk melakukan sebuah perubahan. Dalam generasi berikutnya, hingga pasca-kemerdekaan, dan beberapa periode pemerintahan Indonesia tak sedikit pula para tokoh pemuda yang menggunakan tulisan sebagai alat kontrol sosial-politik, penganjur perubahan, atau sekedar penyampai pesan kebudayaan. Di samping itu, pada beberapa momen dan peristiwa penting suatu bangsa, sebuah tulisan hampir selalu menjadi gerbang dan garis start sebuah gerakan. Beberapa ide yang ditemukan kemudian ditulis, diwacanakan, didiskusikan, hingga menyerukan sebuah gerakan menuju perubahan yang dianggap lebih baik. Akhirnya, Selamat Hari Sumpah Pemuda, hari penuh semangat menuangkan ide dalam tulisan dan bahasa.
hal ini sangat berpengaruh untuk generasi pemuda selanjutnya

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo