Tulisan Idealis Karya Mahasiswa
Saya senang sekali membaca rubrik kampus dari koran Pikiran
Rakyat. Selain karena saya berada dalam lingkungan akademis, saya juga senang
mengikuti perkembangan berita-berita pendidikan. Dalam rubrik kampus tersebut,
tentu saja bahasanya pun disesuaikan dengan tingkat intelektual para mahasiswa.
Yang saya perhatikan, gaya tulisan para mahasiswa biasanya
idealis. Terasa dari tulisannya sangat berapi-api menyuarakan kebenaran.
Maklum, mahasiswa (pemuda) konon identik dengan idealisme. Namun, sejauh
pengamatan saya, tulisan mereka itu juga biasanya masih mengawang-ngawang dan
normatif. Idelismenya memang nampak, tapi terkesan masih normatif—kondisi ideal
yang seharusnya.
Bagi Anda yang berlangganan surat kabar serupa, coba Anda telaah
pada kolom opini Mimbar Akademik, kolom tersebut diisi oleh tulisan para
mahasiswa. Yang sering terjadi adalah solusi yang ditawarkan masih normatif dan
kadang mengawang-ngawang, solusinya tidak konkrit.
Mahasiswa (pemuda) itu memang idealis, apalagi jika berada
dalam lingkungan kampus yang juga menjunjung tinggi idealisme. Namun, setelah
saya merasakan bagaimana dunia luar (lulus kuliah), ternyata idealisme itu
tidak selalu sejalan dengan realitas. Akibatnya, banyak sekali penyesuaian yang
harus dilakukan.
Saya beranggapan bahwa para mahasiswa masih sedikit sekali
menyentuh dunia luar, sehingga mereka menganggap idealismenya itu pasti bisa
diterapkan di masyarakat. Namun, kenyataan selalu berkata lain: Idealisme tidak
selalu sejalan dengan realitas. Idealis boleh, tapi juga harus realistis.
Setidaknya itulah pengalaman yang pernah saya alami.
Yang mengkhawatirkan adalah idealisme itu luntur ketika
bertemu banyak realitas yang terjadi. Idealisme itu penting untuk mengangkat
motivasi sampai ke langit, tapi juga harus realistis agar kaki ini bisa tetap
berpijak di bumi. Nah, kembali ke masalah tulisan karya mahasiswa tadi, saya
penasaran bagaimana gaya tulisan mahasiswa tersebut ketika telah bergesekan
dengan dunia luar. Apakah masih idealis normatif ataukah sudah realistis
konkrit? Atau bahkan tidak menulis lagi?
0 komentar:
Posting Komentar